Sabtu, 27 Desember 2014

DITUMPAH DARAHKU



Tiga puluh empat tahun silam
Jerit tangis terdengar saat fajar menyingsing
Ditengah keterbatasan
Dilahirkan kedunia ini sosok yang tampil di profil





























#diambil dengan kamera blackberry gemini curve 8520. 27122014. 10.30

Kamis, 25 Desember 2014

RAHASIA BERSERAH DIRI DAN BERTAWAKAL KEPADA ALLAH

Berserah diri kepada Allah merupakan ciri khusus yang dimiliki orang-orang mukmin, yang memiliki keimanan yang mendalam, yang mampu melihat kekuasaan Allah, dan yang dekat dengan-Nya. Terdapat rahasia penting dan kenikmatan jika kita berserah diri kepada Allah. Berserah diri kepada Allah maknanya adalah menyandarkan dirinya dan takdirnya dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Allah telah menciptakan semua makh­luk, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa — masing-masing dengan tujuannya sendiri-sendiri dan takdir­nya sendiri-sendiri. Matahari, bulan, lautan, danau, pohon, bunga, seekor semut kecil, sehelai daun yang jatuh, debu yang ada di bangku, batu yang menyebabkan kita tersan­dung, baju yang kita beli sepuluh tahun yang lalu, buah persik di lemari es, ibu anda, teman kepala sekolah anda, diri anda — pendek kata segala sesuatunya, takdirnya telah ditetapkan oleh Allah jutaan tahun yang lalu. Takdir segala sesuatu telah tersimpan dalam sebuah kitab yang dalam al-Qur’an disebut sebagai ‘Lauhul-Mahfuzh’. Saat kematian, saat jatuh­nya sebuah daun, saat buah persik dalam peti es membusuk, dan batu yang menye­babkan kita tersandung — pendek kata semua peris­tiwa, yang remeh maupun yang penting — semuanya tersimpan dalam kitab ini.

Orang-orang yang beriman meyakini tak­dir ini dan mereka mengetahui bahwa takdir yang diciptakan oleh Allah adalah yang ter­baik bagi mereka. Itulah sebabnya setiap detik dalam kehidupan mereka, mereka selalu berserah diri kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mengetahui bahwa Allah mencipta­kan semua peristiwa ini sesuai dengan tujuan ilahiyah, dan terdapat kebaikan dalam apa saja yang diciptakan oleh Allah. Misalnya, terse­rang penyakit yang berbahaya, menghadapi musuh yang kejam, menghadapi tuduhan palsu padahal ia tidak bersalah, atau mengha­dapi peristiwa yang sangat mengerikan, semua ini tidak mengubah keimanan orang yang beriman, juga tidak menimbulkan rasa takut da­lam hati mereka. Mereka menyambut dengan rela apa saja yang telah diciptakan Allah untuk mereka. Orang-orang beriman menghadapi dengan kegembiraan keadaan apa saja, keadaan yang pada umumnya bagi orang-orang kafir menyebabkan perasaan ngeri dan putus asa. Hal itu karena rencana yang paling mengerikan sekalipun, sesung­guh­nya telah direncanakan oleh Allah untuk menguji mereka. Orang-orang yang meng­hadapi semuanya ini dengan sabar dan ber­tawakal kepada Allah atas takdir yang telah Dia ciptakan, mereka akan dicintai dan diridhai Allah. Mereka akan memperoleh surga yang kekal abadi. Itulah sebabnya orang-orang yang beriman memperoleh kenikmatan, ketenangan, dan kegembiraan dalam kehidupan mereka karena bertawakal kepada Tuhan mereka. Inilah nikmat dan rahasia yang dijelaskan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Allah menjelaskan dalam al-Qur’an bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.s. Ali ‘Imran: 159) Rasulullah saw. juga menyatakan hal ini, beliau bersabda:
“Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia percaya kepada takdir yang baik dan buruk, dan mengetahui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja yang menimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang dijauhkan darinya (baik dan buruk).”1

Masalah lainnya yang disebutkan dalam al-Qur’an tentang bertawakal kepada Allah adalah tentang “melakukan tindakan”. Al-Qur’an memberitahukan kita tentang ber­bagai tindakan yang dapat dilakukan orang-orang yang beriman dalam berbagai keadaan. Dalam ayat-ayat lainnya, Allah juga menjelas­kan rahasia bahwa tindakan-tindakan tersebut yang diterima sebagai ibadah kepada Allah, tidak dapat mengubah takdir. Nabi Ya‘qub a.s. menasihati putranya agar melakukan bebe­rapa tindakan ketika memasuki kota, tetapi setelah itu beliau diingatkan agar bertawakal kepada Allah. Inilah ayat yang membicarakan masalah tersebut:
“Dan Ya‘qub berkata, ‘Hai anak-anakku, janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu ger­bang yang berlainan, namun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetap­kan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendak­lah kepada-Nya saja orang-orang yang berta­wakal berserah diri’.” (Q.s. Yusuf: 67).

Sebagaimana dapat dilihat pada ucapan Nabi Ya‘qub, orang-orang yang beriman tentu saja juga mengambil tindakan berjaga-jaga, tetapi mereka mengetahui bahwa mereka tidak dapat mengubah takdir Allah yang dikehendaki untuk mereka. Misalnya, sese­orang harus mengikuti aturan lalu lintas dan tidak mengemudi dengan sembarangan. Ini merupakan tindakan yang penting dan meru­pa­kan sebuah bentuk ibadah demi kesela­matan diri sendiri dan orang lain. Namun, jika Allah menghendaki bahwa orang itu meninggal karena kecelakaan mobil, maka tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kematiannya. Terkadang tindakan pencegahan atau suatu perbuat­an tampaknya dapat menghindari orang itu dari kematian. Atau mungkin seseorang dapat melakukan keputusan pen­ting yang dapat mengubah jalan hidup­nya, atau seseorang dapat sembuh dari penyakitnya yang memati­kan dengan menunjukkan kekuatannya dan daya tahannya. Namun, semua peristiwa ini terjadi karena Allah telah menetapkan yang demikian itu. Sebagian orang salah menafsir­kan peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai “mengatasi takdir sese­orang” atau “mengubah takdir seseorang”. Tetapi, tak seorang pun, bahkan orang yang sangat kuat sekalipun di dunia ini yang dapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Tak seorang manusia pun yang memi­liki kekuatan seperti itu. Sebaliknya, setiap makhluk sangat lemah dibandingkan dengan ketetapan Allah. Adanya fakta bahwa sebagian orang tidak menerima kenyataan ini tetap tidak meng­ubah kebenaran. Sesungguhnya, orang yang menolak takdir juga telah ditetap­kan demi­kian. Karena itulah orang-orang yang meng­hin­dari kematian atau penyakit, atau meng­ubah jalannya kehidupan, mereka mengalami peristiwa seperti ini karena Allah telah menetapkannya. Allah menceritakan hal ini dalam al-Qur’an sebagai berikut:
“Tidak ada suatu bencana pun yang me­nimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami mencipta­kannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.s. al-Hadid: 22-3).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, peristiwa apa pun yang terjadi telah dite­tap­kan sebelumnya dan tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Untuk itulah Allah me­nyata­kan kepada manusia supaya tidak ber­duka cita terhadap apa yang luput darinya. Misalnya, seseorang yang kehilangan semua harta ben­da­­nya dalam sebuah kebakaran atau meng­alami kerugian dalam perdagangannya, semua ini memang sudah ditetapkan. Dengan demi­kian mustahil baginya untuk menghin­dari atau mencegah kejadian tersebut. Jadi tidak ada gunanya jika merasa berduka cita atas kehilangan tersebut. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kejadian yang telah ditetapkan untuk mereka. Orang-orang yang bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi peristiwa seperti itu, Allah akan ridha dan cinta kepadanya. Seba­liknya, orang-orang yang tidak berta­wakal kepada Allah akan selalu mengalami kesulit­an, keresahan, ketidakbahagiaan dalam kehidupan mereka di dunia ini, dan akan memperoleh azab yang kekal abadi di akhirat kelak. Dengan demiki­an sangat jelas bahwa bertawakal kepada Allah akan membuahkan keberuntungan dan kete­nang­an di dunia dan di akhirat. Dengan me­nyingkap rahasia-rahasia ini kepada orang-orang yang beriman, Allah membebaskan mereka dari berbagai kesulitan dan menjadi­kan ujian dalam kehidupan di dunia ini mu­dah bagi mereka.

#harunyahya.com

Sabtu, 29 November 2014

BERSYUKURLAH APAPUN KEADAANNYA

"Bangunlah sikap syukur dan syukurilah atas segala sesuatu yang terjadi pada diri Anda, melangkah ke depan untuk menerima sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari situasi Anda  sekarang" - Brian Tracy  

Jika Anda sedang sulit tidur,
ingatlah pada orang-orang tunawisma
yang  tidak tidur di tempat tidur
empuk dan tak berselimut.

Jika Anda terjebak dalam kemacetan,
jangan kesal. Masih banyak orang yang
terpaksa menarik gerobak sampah yang
berat dengan berjalan kaki menuju
tempat pembuangan sampah.

Jika Anda sedang mengalami hari yang
mengesalkan di kantor, pikirkanlah
orang-orang di luar sana yang masih
belum mendapatkan pekerjaan.

Jika Anda sedang sedih dan kecewa
karena hubungan cinta Anda sedang
memburuk, pikirkanlah mengenai orang
yang tidak tahu seperti apa rasanya
mencintai dan dicintai.

Jika Anda mengeluh tidak punya sepatu
baru, pikirkanlah orang-orang yang
tidak memiliki kaki.

Jika Anda menemukan uban saat Anda
bercermin, pikirkanlah pasien kanker
yang  dikemoterapi  yang berharap
rambutnya tetap utuh.

Jika Anda mengeluh negeri ini tidak
banyak memberi untuk Anda,
pikirkanlah negara lain yang saat ini
sedang dilanda peperangan dan
kelaparan.

Jika mobil Anda mogok dan Anda harus
berjalan berkilo-kilo untuk mencari
bantuan, pikirkanlah orang cacat yang
ingin sekali berjalan seperti Anda.

Bersyukurlah atas apapun situasi
yang Anda alami dan berikan makna
syukur untuk segala situasi yang Anda
hadapi. 

*********************kampoenghalaman*********************
 
#anneahira

Kamis, 30 Oktober 2014

KOMITMEN SEJATI



Dalam sebuah hubungan agar bisa
berjalan dengan lancar dibutuhkan
sebuah komitmen yang besar. Bukan
sekedar sebuah pernyataan bahwa Anda
menyukai hubungan ini dan ingin
menjalaninya.

Sangat mudah untuk berkomitmen dalam
hubungan ketika hubungan itu berjalan
lancar, menyenangkan, atau
memabukkan.

Namun ketika hubungan itu mulai
menemui masalah, tantangan, ganjalan,
tidak sedikit yang berucap, "aku
serius dengan hubungan kita,
sayangnya hubungan ini tidak berjalan
lancar seperti yang diharapkan."
Komitmen sejati dalam sebuah hubungan
adalah ketika Anda mau berkorban di
dalamnya.

Sangat mudah untuk meminta pasangan
untuk berubah, namun apakah Anda
bisa berubah juga? Cobalah untuk
berubah terlebih dahulu, lalu
lihatlah bagaimana hal tersebut
membawa perbedaan.

Untuk membangun komitmen dalam sebuah
hubungan diperlukan 3 hal yang
sederhana namun tidak mudah
dilakukan, yaitu: kerja keras, waktu,
dan kejujuran.

Sahabatku, maukah Anda
melakukannya dalam hubungan Anda?

#anneahira