Selasa, 31 Maret 2015

KEKURANGAN BUKANLAH PENGHALANG



"Pengembangan dimulai pada saat kita
mulai menerima kekurangan kita"
(Jean Vanier)

Kekurangan bukanlah penghalang meraih
sukses. Jangan batasi pikiran dan
kemampuan Anda dengan kekurangan
diri. Bila kita melangkah dan
berusaha disertai iman kepada Allah,
percayalah bahwa tak ada yang tak
mungkin.

Banyak orang yang cacat, tetapi
mereka berhasil membuktikan bahwa
kekurangan bukanlah penghalangan
untuk sukses.

Salah satunya adalah Hee Ah Hee,
pianis Korea berbakat kelahiran tahun
1985. Ia terlahir hanya memiliki 4
jari, masing-masing 2 jari pada
tangan kiri dan 2 jari pada tangan
kanannya. Ia menderita lobster claw
syndrome, jari yang bengkok
menyerupai lobster.

Sewaktu Hee Ah Hee duduk di bangku
TK, ibunya memutuskan agar ia belajar
piano supaya jari-jarinya kuat dan
dapat memegang pinsil untuk menulis.
Awalnya ketika baru 3 bulan belajar,
ia dikeluarkan karena guru sekolahnya
tak sanggup mengajarnya. Tapi
perjuangan ibunya dan Hee Ah Hee
membuahkan hasil. Satu tahun
kemudian, ia sudah menunjukan
kebolehannya dengan memenangkan
kejuaraan piano di TK-nya.

Prestasi itu diikuti dengan
kemenangannya sebagai juara pertama
piano untuk anak-anak cacat di
usianya yang ke-7. Presiden Korea
sendiri yang memberi penghargaan
tersebut. Kini, Hee Ah Hee telah
menggelar ratusan konser di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.

Tidak ada yang tidak mungkin
sepanjang kita ada kemauan dan
berusaha, penuh ketekunan dan pantang
menyerah dalam mencapai mimpi!


---anneahira---

Minggu, 29 Maret 2015

INGIN MASUK SURGA SENDIRI




Inilah contoh orang yang egois, ingin masuk surga sendiri tanpa memikirkan orang lain. Abu Yazid Al Busthami adalah orang yang dikenal rajin bermunajat kepada Allah karena ingin masuk surga. Hatinya suka cita, pikirannya seolah-olah melayang sampai ke Arasy Tuhan. Hati kecilnya berbisik, inilah tempat Rasulullah, semoga aku kelak menjadi tetangganya di surga.

Ketika ia sadar dalam khayalannya, terdengar suara menyeru, “Ada seorang hamba yang kelak menjadi tetanggamu di surga. Ia tinggal di negeri ini,” kata suara itu.

Terdorong ingin mencari sahabatnya yang kelak menjadi tetangganya di surga, Abu Yazid pergi mencari hamba yang disebutkan itu. Ia berjalan sejauh 100 farsah hingga sampai ke sebuah negeri tempat hamba yang disebutkan itu.

Ketika akan menjumpai hamba itu, seorang lelaki menasehatinya, “Mengapa engkau mencari orang yang fasiq dan peminum arak itu. Padahal dari tanda di dahimu itu kau adalah seorang yang shaleh,” ujarnya.

Mendapat nasehat itu, hati Yazid menjadi termangu. “Jika demikian, suara yang menyuruhku saat aku bermunajat itu adalah suara syetan. Mengapa aku harus menurutinya,” bisiknya dalam hati. Tetapi ketika akan melangkahkan kaki untuk kembali, hatinya termangu lagi, “Aku datang jauh-jauh untuk menemui hamba itu, padahal aku belum berjumpa. Aku tak kan pulang sebelum bertemu dia,” bisiknya dalam hati.
“Di mana tempat hamba itu?” tanya Yazid.
“Dia sekarang sedang mabuk-mabukan di tempat ini,” ujar lelaki itu. Maka melangkahlah Yazid menemui hamba yang disebutkan itu. Benar juga, di tempat itu terlihat 40 lelaki sedang mabuk-mabukan minum khamr, sementara hamba yang dicarinya itu tampak duduk-duduk di tengah mereka.

Begitu melihat kenyataan yang kontras dari apa yang disangka sebelumnya, Abu Yazid cepat membalikkan kaki pulang meninggalkan mereka. Ia merasa kesal dan berputus asa, tetapi hamba itu cepat-cepat memanggilnya.

“Hai Abu Yazid, mengapa Engkau tak jadi masuk rumah ini. Tidakkah engkau jauh-jauh datang kemari hanya karena ingin menjumpaiku. Katanya engkau mencari seorang tetanggamu di surga kelak?” ujar lelaki itu.

Mendengar ucapan itu, hati Abu Yazid menjadi masygul. Ia tak habis pikir bagaimana hamba itu tahu maksud kedatangannya padahal ia belum menyampaikan isi hatinya.
“Engkau begitu cepat meninggalkan rumah ini tanpa mengucapkan salam tanpa perjumpaan dan tanpa memberi nasihat,” kata hamba itu lagi menambah terpukul hati Yazid.

Dalam keadaan hati yang galau Abu Yazid tak bisa mengucapkan kata-kata di hadapan hamba itu. Mulutnya terkunci, tetapi ada pergulatan di dalam hatinya.
“Sudahlah Abu Yazid. Kau tak perlu banyak berpikir dan merasa heran. Yang menyuruhmu datang kemari telah memberitahukanku tentang kedatanganmu. Ayo masuklah ke rumahku, duduklah barang sesaat,” ajak hamba itu. Dengan sedikit ragu Abu Yazid pun menurutinya masuk ke rumah dan duduk di antara mereka yang mabuk-mabukan itu.
“Apa sih sebenarnya yang terjadi di rumah ini. Dan apa pula perananmu di sini,” tanya Abu Yazid.

“Hai Abu Yazid. Masuk surga jangan egois cuma ingin enaknya sendiri. Itu bukan sifat utama dan mulia dari seorang lelaki sepertimu. Dulu ada 80 orang fasiq yang suka mabuk-mabukan seperti yang kau lihat ini. Kemudian aku berusaha membiarkan mereka agar bisa menjadi teman dan tetanggaku di surga kelak. Yang 40 sudah berhasil berhenti dari kefasiqan, kini tersisa 40 orang ini. Kinilah tugasmu untuk membina mereka agar bertobat supaya bisa menjadi tetanggamu kelak di surga.
Bagai disambar petir hati Yazid mendengar ucapan hamba itu. Hatinya luluh dan merasa terpanggil untuk mengikuti jejak hamba itu. Dia bertekad harus bisa menyadarkan 40 orang fasiq itu sebagai tetangganya kelak di surga.

Kepada 40 orang yang tengah mabuk-mabukan itu, si hamba itu mengenalkan bahwa orang yang datang itu adalah Abu Yazid Al Busthami. Dialah sahabat mereka yang akan mengajak bersama-sama menjadi penghuni surga. Dengan dakwah dan pembinaan khusus akhirnya 40 orang itu sadar dan bertobat. Mereka itulah tetangga Abu Yazid di surga kelak.

Diambil dari 50 Kisah Nyata; Menyingkap Kisah-kisah Hikmah Terpendam.

Kamis, 12 Maret 2015

DEWASA BUKAN SOAL USIA



Melalui tulisan ini kita akan paham apa sesungguhnya yang dinamakan dewasa, memang tidak mencakup keseluruhan arti yang benar-benar tepat. Tapi ini beberapa arti yang mungkin bisa menjadi referensi buat kita.

1.   Dewasa itu… realize that sometimes, life is unfair. Dalam buku The Happiness Project, Gretchen Rubin menuliskan, kadang sesuatu yang baik tak selalu diberikan dalampackaging yang cantik. Menangisi sakit hati tak akan mengubah keadaan. Mari hadapi dengan cantik, bersinar lebih terang, dan percayalah akan ada sesuatu yang lebih baik bila kita cari.

2.   Dewasa itu… tak menjawab undangan atau RSPV dengan kata “Maybe”.Pernah mendapat undangan pernikahan atau meeting yang membutuhkan konfirmasi kehadiran “Yes”, “No”, atau “Maybe”? Salah satu tanda kalau kita sudah cukup dewasa dalam mengambil keputusan ialah tak memberi harapan palsu dengan berkata: “Mungkin”, “Lihat nanti”, atau “Gue usahain ya”. Bila memang belum tahu bisa hadir atau tidak, cek jadwal dan beri kepastian dalam waktu 24 jam. Jangan ragu untuk bilang “No” bilang memang sudah ada kegiatan lain.

3.   Dewasa itu… keep your head down dan work it. Gaji kecil pekerjaan segudang? Mengeluh soal pekerjaan enggak akan ada habisnya. Bila memang itu hal urgent, segera diskusikan dengan atasan. Sebab, keluhan kecil bisa sebesar bukit bila diungkit-ungkit. Yuk, datang ke kantor tepat waktu, selesaikan pekerjaan, kurangi komplain, dan hindari lembur untuk menjadi karyawan yang lebih happy. 

4.   Dewasa itu… pujian bukan segalanya. “Inilah age shock yang  banyak dihadapi di umur 20-25. Saat membuat prestasi dan tak ada pujian, maka mereka yang belum cukup dewasa akan merasa tak dihargai,” ungkap Kelly Williams, penulis buku Adulting. Padahal, sekecil apa pun prestasi yang kita dapat, walau tanpa pujian, itu berdampak pada kesuksesan di masa datang.

5.   Dewasa itu… tak terhanyut janji manis. Menjadi dewasa, tandanya kita mulai siap untuk menyortir siapa yang hanya manis di mulut namun kenyatannya beda. Bukan pilih-pilih teman atau kekasih, hanya saja kita berhak kok untuk dekat dengan orang-orang yang memang menghargai kita dan memberi pengaruh baik. Kalau kata orang bijak, don’t be afraid of losing someone who doesn’t feel lucky to have you.

6.   Dewasa itu… menyelesaikan apa yang telah dimulai. Contoh kecilnya ialah membersihkan peralatan makan. Walau kelihatannya simpel, memastikan peralatan makan yang telah kita pakai kembali bersih atau meja kerja tertata rapi dari kertas berserakan, menandakan kita punya tanggung jawab yang baik. Besar kecilnya tanggung jawab, bisa menjadi ukuran seberapa jauh seseorang tumbuh dewasa.

7.   Dewasa itu… shopping like eating. Keduanya sama-sama menyenangkan dan menjadi kebutuhan hidup. Tapi kalau kelewatan, rasa happy bisa berubah jadi tragedi. Kelly Williams punya kisahnya sendiri: Bila hasrat belanja sedang memuncak, ia mengatakan dalam hati “Saya tidak memerlukannya, masih ada hal yang lebih penting” berulang kali. Bravo, mantra ini cukup ampuh untuk membuat hasrat belanja memudar.

8.   Dewasa itu… melihat dari dua sisi. Act like you’ve been there. Setiap orang punya standar sendiri dalam menilai atau menghadapi sesuatu. Memaksakan orang lain untuk mengikuti standar kita bisa memicu konflik. Dan memaksakan diri untuk mengikuti standar orang lain juga bisa bikin terbebani. Cukup saling menghargai.

9.   Dewasa itu… tahu cara bersenang-senang. Work smart play hard. Pekerjaan atau masalah adalah dua hal yang tak akan pernah ada ending-nya. Yang satu selesai, yang lain datang lagi. Jadi buatlah target kapan harus ‘berperang’, kapan harus menikmati hidup. Jangan sampai waktu 24 jam dalam sehari kita habiskan untuk hal-hal yang menyita energi dan mengurangi mood. Nikmati happy hour sepulang kantor dengan bekerja efektif selama 9 to 5.

sumber : http:/ /www.chicmagz.com