Ingat Abu Nawas. Ia adalah tokoh kocak
yang populer dalam serial ‘1001 Malam” dalam Dinasti Abbasiyah. Tokoh jenaka
ini sangat dicintai Khalifah Harun Al Rasyid karena humor-humornya yang cerdik
dan jenaka. Di sela-sela kesibukannya, sebagai raja yang adil dan bijaksana,
Khalifah Harun Al Rasyid sering mengundang Abu Nawas sekadar untuk bercanda
menyegarkan pikirannya kembali.
Sebagai rakyat kecil, Abu Nawas sering
menyelipkan kritikan-kritikan lewat humor-humornya yang jenaka sehingga meski
mengena, raja tetapi tak bisa marah dibuatnya. Seperti dalam kisah ini, pasar
tempat orang berdagang menjadi heboh gara-gara celotehan Abu Nawas.
“Kawan-kawan, hari ini saya sangat membenci perkara yang haq, tetapi menyenangi
yang fitnah. Hari ini saya menjadi orang yang paling kaya, bahkan lebih kaya
daripada Allah SWT,” ujar Abu Nawas.
Omongan Abu Nawas itu sungguh aneh
karena selama ini dia termasuk orang yang alim dan taqwa meski suka jenaka.
Karuan saja polisi kerajaan menangkap dan menghadapkannya kepada khalifah.
“Hai Abu Nawas, benarkah engkau
berkata begitu?” tanya khalifah.
“Benar, Tuan,” ujarnya santai.
“Mengapa kau berkata begitu, sudah
kafirkah engkau?”
“Saya kira Khalifah-pun sama seperti
saya. Khalifah pasti membenci perkara yang haq,” ujarnya.
“Gila benar engkau,” bentak khalifah
mulai marah.
“Jangan keburu marah, Khalifah.
Dengarkan dulu keterangan saya,” kata Abu Nawas meredakan marah khalifah.
“Keterangan apa yang kau dakwahkan.
Sebagai seorang muslim, aku harus membela yang haq, bukan malah membencinya,
tahu?” ujar khalifah geram.
“Setiap ada orang membacakan talqin,
saya selalu mendengar ucapan bahwa mati itu haq, begitu juga dengan neraka.
Tidakkah khalifah juga membencinya seperti aku?” katanya.
“Cerdik pula kau ini,” ujar khalifah
setelah mendengar penjelasan Abu Nawas.
“Tapi apa pula maksudmu kau menyenangi
fitnah?” tanya khalifah menyelidik.
“Sebentar, Khalifah. Barangkali Anda
lupa bahwa di dalam Al-Quran disebutkan bahwa harta benda dan anak-anak kita
adalah fitnah. Padahal Khalifah menyenangi harta dan anak-anak Khalifah seperti
saya. Benar begitu, Khalifah?”
“Ya, memang begitu. Tapi mengapa kau
mengatakan lebih kaya daripada Allah Yang Mahakaya itu?” tanya khalifah yang
makin penasaran itu.
“Saya lebih kaya daripada Allah karena
saya mempunyai anak, sedangkan Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan,”
“Itu memang benar, tetapi apa maksudmu
berkata begitu di tengah pasar sehingga membuat keonaran?” tanya khalifah tak
habis mengerti.
“Dengan cara begini saya akan
ditangkap dan dihadapkan pada Khalifah,” jawabnya kalem.
“Apa perlunya kamu menghadapku?”
“Agar memperoleh hadiah dari
Khalifah,” jawab Abu Nawas tegas.
“Dasar orang pintar,” komentar
khalifah. Sidang yang semua tegang untuk mengadili Abu Nawas tersebut menjadi
penuh gelak tawa. Tak lupa khalifah memberikan uang sebagai hadiah kepada Abu
Nawas dan menyuruhnya meninggalkan istana. Ngeloyorlah Abu Nawas sambil
menyimpan dinar di sakunya. “Alkhamdulillah, dapat rejeki,” gumamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar