Ketika memasuki rumah, seorang ibu
tertegun melihat seorang gadis kumuh yang datang menghampirinya. Di balik
kekumuhan itu tampak sinar kecantikan si gadis yang tersembunyi. Dengan suka
cita, diterimalah si gadis itu, bahkan dinikahkan dengan anak laki-lakinya.
Malam pengantin tiba, duduklah dua
sejoli itu di pelaminan. Di depan mereka tersedia berbagai macam santapan dalam
jamuan makan malam. Dengan tangan kirinya, pengantin wanita mengambil makanan
di depannya dan memasukkan ke mulutnya. Melihat kejadian itu, timbullah rasa
malu pada suaminya. “Gunakan tangan kananmu agar lebih sopan sedikit,”
tuturnya.
Meski sudah diperingatkan, pengantin
wanita itu tetap saja memungut makanan dengan tangan kirinya. Karena kesal dan
malu, menggerutulah pengantin pria, “Dasar orang melarat tidak punya
kesopanan,” ujarnya. Rupanya pengantin pria tidak mengetahui bahwa istrinya
sebenarnya tidak memiliki tangan kanan hingga terpaksa menggunakan tangan
kirinya.
Saat itu terdengar bisikan suara dari
sudut pintu. “Keluarkan tangan kananmu hai umat-Ku. Engkau telah menyedekahkan
kepada-Ku dengan tangan itu. Maka sudah sepantasnya bila Aku menggantinya
kembali.” Atas ijin Allah saat itu pula terjulurlah tangan kanan pengantin
wanita utuh seperti semula. Maka makanlah ia dengan tangan kanannya menemani
pengantin pria makan jamuan malam.
Siapakah sebenarnya gadis manis yang
kehilangan tangan kanan itu? Beginilah kisahnya. Dia dulu adalah putri seorang
bangsawan yang berada. Parasnya cantik, manis pula budinya. Gadis itu berjiwa
sosial dan mengasihi sesama.
Suatu saat terjadi musibah kelaparan
dan kemiskinan menimpa Bani Israil. Rakyat yang miskin berkelana mencari sesuap
makanan dengan jalan meminta-minta, termasuk seorang peminta yang datang ke
rumah gadis itu.
“Berilah aku sedekah sepotong roti,
Tuan Putri,” tutur peminta-minta itu. Maka muncullah putri manis itu sambil
membawa sepotong roti di tangan kanannya. Diserahkan roti itu dengan tangan
kanannya kepada si peminta-minta. “Terimalah sedekahku ini,” tuturnya.
Melihat anak gadisnya memberi sepotong
roti kepada peminta-minta, ayahnya yang kikir dan bengis marah bukan main.
Ditamparlah roti itu dari tangan anak gadisnya. Bukan itu saja, tangan kanan
yang digunakan untuk menyerahkan sepotong roti itu dipotongnya pula. “Kau
terlalu lancang, anakku, dan inilah hukumannya,” ujarnya.
Jaman pun beredar, dan nasib orang
bisa berbalik. Bangsawan yang semula hidup kaya raya itu berubah jatuh miskin.
Allah telah merubah nasib bangsawan itu karena ketidakmanusiawiannya. Harta
kekayaannya habis, hidupnya sengsara sampai ia meninggal dalam kemelaratan.
Tinggallah anak gadisnya terlantar mengembara sampai tiba di rumah wanita yang
kemudian menjadi ibu mertuanya itu.
Allah telah mengembalikan tangan kanan
si gadis yang pernah digunakan untuk bersedekah untuk sesamanya.
Diambil dari 50 Kisah Nyata,
Menyimgkap Kisah-kisah Hikmah Terpendam (buku 1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar