Rabu, 25 Juni 2014

KISAH SEPOTONG ROTI



Ketika memasuki rumah, seorang ibu tertegun melihat seorang gadis kumuh yang datang menghampirinya. Di balik kekumuhan itu tampak sinar kecantikan si gadis yang tersembunyi. Dengan suka cita, diterimalah si gadis itu, bahkan dinikahkan dengan anak laki-lakinya.

Malam pengantin tiba, duduklah dua sejoli itu di pelaminan. Di depan mereka tersedia berbagai macam santapan dalam jamuan makan malam. Dengan tangan kirinya, pengantin wanita mengambil makanan di depannya dan memasukkan ke mulutnya. Melihat kejadian itu, timbullah rasa malu pada suaminya. “Gunakan tangan kananmu agar lebih sopan sedikit,” tuturnya.

Meski sudah diperingatkan, pengantin wanita itu tetap saja memungut makanan dengan tangan kirinya. Karena kesal dan malu, menggerutulah pengantin pria, “Dasar orang melarat tidak punya kesopanan,” ujarnya. Rupanya pengantin pria tidak mengetahui bahwa istrinya sebenarnya tidak memiliki tangan kanan hingga terpaksa menggunakan tangan kirinya.

Saat itu terdengar bisikan suara dari sudut pintu. “Keluarkan tangan kananmu hai umat-Ku. Engkau telah menyedekahkan kepada-Ku dengan tangan itu. Maka sudah sepantasnya bila Aku menggantinya kembali.” Atas ijin Allah saat itu pula terjulurlah tangan kanan pengantin wanita utuh seperti semula. Maka makanlah ia dengan tangan kanannya menemani pengantin pria makan jamuan malam.

Siapakah sebenarnya gadis manis yang kehilangan tangan kanan itu? Beginilah kisahnya. Dia dulu adalah putri seorang bangsawan yang berada. Parasnya cantik, manis pula budinya. Gadis itu berjiwa sosial dan mengasihi sesama.

Suatu saat terjadi musibah kelaparan dan kemiskinan menimpa Bani Israil. Rakyat yang miskin berkelana mencari sesuap makanan dengan jalan meminta-minta, termasuk seorang peminta yang datang ke rumah gadis itu.

“Berilah aku sedekah sepotong roti, Tuan Putri,” tutur peminta-minta itu. Maka muncullah putri manis itu sambil membawa sepotong roti di tangan kanannya. Diserahkan roti itu dengan tangan kanannya kepada si peminta-minta. “Terimalah sedekahku ini,” tuturnya.

Melihat anak gadisnya memberi sepotong roti kepada peminta-minta, ayahnya yang kikir dan bengis marah bukan main. Ditamparlah roti itu dari tangan anak gadisnya. Bukan itu saja, tangan kanan yang digunakan untuk menyerahkan sepotong roti itu dipotongnya pula. “Kau terlalu lancang, anakku, dan inilah hukumannya,” ujarnya.

Jaman pun beredar, dan nasib orang bisa berbalik. Bangsawan yang semula hidup kaya raya itu berubah jatuh miskin. Allah telah merubah nasib bangsawan itu karena ketidakmanusiawiannya. Harta kekayaannya habis, hidupnya sengsara sampai ia meninggal dalam kemelaratan. Tinggallah anak gadisnya terlantar mengembara sampai tiba di rumah wanita yang kemudian menjadi ibu mertuanya itu.

Allah telah mengembalikan tangan kanan si gadis yang pernah digunakan untuk bersedekah untuk sesamanya.

Diambil dari 50 Kisah Nyata, Menyimgkap Kisah-kisah Hikmah Terpendam (buku 1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar