Minggu, 29 Maret 2015

INGIN MASUK SURGA SENDIRI




Inilah contoh orang yang egois, ingin masuk surga sendiri tanpa memikirkan orang lain. Abu Yazid Al Busthami adalah orang yang dikenal rajin bermunajat kepada Allah karena ingin masuk surga. Hatinya suka cita, pikirannya seolah-olah melayang sampai ke Arasy Tuhan. Hati kecilnya berbisik, inilah tempat Rasulullah, semoga aku kelak menjadi tetangganya di surga.

Ketika ia sadar dalam khayalannya, terdengar suara menyeru, “Ada seorang hamba yang kelak menjadi tetanggamu di surga. Ia tinggal di negeri ini,” kata suara itu.

Terdorong ingin mencari sahabatnya yang kelak menjadi tetangganya di surga, Abu Yazid pergi mencari hamba yang disebutkan itu. Ia berjalan sejauh 100 farsah hingga sampai ke sebuah negeri tempat hamba yang disebutkan itu.

Ketika akan menjumpai hamba itu, seorang lelaki menasehatinya, “Mengapa engkau mencari orang yang fasiq dan peminum arak itu. Padahal dari tanda di dahimu itu kau adalah seorang yang shaleh,” ujarnya.

Mendapat nasehat itu, hati Yazid menjadi termangu. “Jika demikian, suara yang menyuruhku saat aku bermunajat itu adalah suara syetan. Mengapa aku harus menurutinya,” bisiknya dalam hati. Tetapi ketika akan melangkahkan kaki untuk kembali, hatinya termangu lagi, “Aku datang jauh-jauh untuk menemui hamba itu, padahal aku belum berjumpa. Aku tak kan pulang sebelum bertemu dia,” bisiknya dalam hati.
“Di mana tempat hamba itu?” tanya Yazid.
“Dia sekarang sedang mabuk-mabukan di tempat ini,” ujar lelaki itu. Maka melangkahlah Yazid menemui hamba yang disebutkan itu. Benar juga, di tempat itu terlihat 40 lelaki sedang mabuk-mabukan minum khamr, sementara hamba yang dicarinya itu tampak duduk-duduk di tengah mereka.

Begitu melihat kenyataan yang kontras dari apa yang disangka sebelumnya, Abu Yazid cepat membalikkan kaki pulang meninggalkan mereka. Ia merasa kesal dan berputus asa, tetapi hamba itu cepat-cepat memanggilnya.

“Hai Abu Yazid, mengapa Engkau tak jadi masuk rumah ini. Tidakkah engkau jauh-jauh datang kemari hanya karena ingin menjumpaiku. Katanya engkau mencari seorang tetanggamu di surga kelak?” ujar lelaki itu.

Mendengar ucapan itu, hati Abu Yazid menjadi masygul. Ia tak habis pikir bagaimana hamba itu tahu maksud kedatangannya padahal ia belum menyampaikan isi hatinya.
“Engkau begitu cepat meninggalkan rumah ini tanpa mengucapkan salam tanpa perjumpaan dan tanpa memberi nasihat,” kata hamba itu lagi menambah terpukul hati Yazid.

Dalam keadaan hati yang galau Abu Yazid tak bisa mengucapkan kata-kata di hadapan hamba itu. Mulutnya terkunci, tetapi ada pergulatan di dalam hatinya.
“Sudahlah Abu Yazid. Kau tak perlu banyak berpikir dan merasa heran. Yang menyuruhmu datang kemari telah memberitahukanku tentang kedatanganmu. Ayo masuklah ke rumahku, duduklah barang sesaat,” ajak hamba itu. Dengan sedikit ragu Abu Yazid pun menurutinya masuk ke rumah dan duduk di antara mereka yang mabuk-mabukan itu.
“Apa sih sebenarnya yang terjadi di rumah ini. Dan apa pula perananmu di sini,” tanya Abu Yazid.

“Hai Abu Yazid. Masuk surga jangan egois cuma ingin enaknya sendiri. Itu bukan sifat utama dan mulia dari seorang lelaki sepertimu. Dulu ada 80 orang fasiq yang suka mabuk-mabukan seperti yang kau lihat ini. Kemudian aku berusaha membiarkan mereka agar bisa menjadi teman dan tetanggaku di surga kelak. Yang 40 sudah berhasil berhenti dari kefasiqan, kini tersisa 40 orang ini. Kinilah tugasmu untuk membina mereka agar bertobat supaya bisa menjadi tetanggamu kelak di surga.
Bagai disambar petir hati Yazid mendengar ucapan hamba itu. Hatinya luluh dan merasa terpanggil untuk mengikuti jejak hamba itu. Dia bertekad harus bisa menyadarkan 40 orang fasiq itu sebagai tetangganya kelak di surga.

Kepada 40 orang yang tengah mabuk-mabukan itu, si hamba itu mengenalkan bahwa orang yang datang itu adalah Abu Yazid Al Busthami. Dialah sahabat mereka yang akan mengajak bersama-sama menjadi penghuni surga. Dengan dakwah dan pembinaan khusus akhirnya 40 orang itu sadar dan bertobat. Mereka itulah tetangga Abu Yazid di surga kelak.

Diambil dari 50 Kisah Nyata; Menyingkap Kisah-kisah Hikmah Terpendam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar