Saya ajak Anda bermimpi. Ada apa dengan
mimpi? Mengapa kita harus bermimpi? Bukankah mimpi itu bunganya tidur?
Apa kita harus tidur dulu? Bagaimana mau maju, bukankah kita sudah
kebanyak tidur?
Begini, suatu hari Umar bin Khathab ra
melakukan dialog dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Khathab
berkata : “Berangan-anganlah!” maka salah seorang diantara yang hadir
berkata : “Saya berangan-angan kalau saja mempunyai banyak uang (dinar
dan dirham), lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka
meraih ridha Allah”.
Seorang lainnya menyahut : “Kalau saya,
berangan-angan memiliki harta banyak harta, lalu saya belanjakan fi
sabilillah.” Yang lainnya menyahut : “Kalau saya mengangankan mempunyai
kekuatan tubuh yang prima lalu saya abdikan diri saya untuk memberi air
zam-zam kepada jamaah haji satu persatu.”
Setelah Umar bin Khathab mendengarkan
mereka, ia pun berkata : “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam
rumah ini ada tokoh seperti Abu Ubaidillah bin Al Jarah, Umair bin
Sa’ad dan semacamnya.”
[Stop! Bangun dan bangkitlah, jangan tidur terus nanti kebablasan]
Mungkin Anda bertanya mengapa harus bermimpi sih? Memang, mimpi itu kembangnya tidur dan bukankah kita harus realistis?
Begini para pembaca yang baik hati,
memang mimpi bisa jadi tinggal mimpi. Namun ada sebuah hikmah
“bermimpilah sebelum kamu menjadi pemimpin.” Serta “belajarlah sebelum
engkau jadi pemimpin.”
Ternyata banyak orang-orang besar besar,
pemimpin besar yang berangkat dari seorang pemimpi. Jadilah pemimpi
besar untuk menjadi pemimpin besar. Dalam sebuah majelis, ada seorang
syaikh yang mengatakan, “Laa budda lil qaa-idi an yakuna lahu ahlam, wa illa la yashluh an yakuuna qaa-idan… seorang pemimpin harus mempunyai banyak mimpi, jika tidak dia tidak layak jadi pemimpin.”
Memang kenyataannya, kita akan kehabisan
stok pemimpin kalau tak ada lagi orang yang berani bermimpi dan
bercita-cita besar. Nah, bila untuk bermimpi saja tidak berani,
bagaimana ia berani memimpin?
Karena menjadi pemimpin berarti menajdi
oarng yang cerdas. Yakni berani berpikir mendahului masanya, meski
kadang orang lain belum bisa memahaminya. Ia juga obsesif. Memiliki
pikiran dan gagasan besar di luar apa yang dipikirkan orang lain.
Seperti yang dilakukan oleh Nabi Khidr, hal-hal yang tidak bisa dipahami
dan dimengerti oleh Nabi Musa.
Tapi yang aneh, kadang untuk bermimpi dan bercita-cita saja takut apalagi meraihnya. Iya kan??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar